Minggu, 30 September 2012

Perbedaan nyata dunia pendidikan dulu dan sekarang

hanya sebagaii introspeksii dirii....
Cerita dari anak generasi tahun ’70-an. Ketika pertama kali masuk SD dulu, tahun ajaran baru masih dimulai pada bulan Januari. Jaman saya bersekolah, ragam sekolah tak begitu banyak. Hanya ada SD Negeri, SD Inpres, lalu ada Madrasah yang kurikulumnya pendidikan agama dan sekolah swasta yang tak banyak jumlahnya. Jaman dulu, sekolah negeri jadi incaran. Selain dari segi biaya tidaklah terlalu mahal, kualitas guru dan sarana pendidikannya biasanya lebih baik.

Meski beruntung diterima di SD Negeri terfavorit di kota kecil saya, ternyata tak semua teman saya sempat sekolah di TK. Karena itu tak semua siswa kelas 1 bisa baca-tulis dan berhitung. Guru SD-lah yang mengenalkan abjad dan angka pada kami. Anak siapa saja bisa masuk SD negeri. Latar belakang sosial ekonomi teman-teman saya sangat beragam, juga tingkat pendidikan orang tuanya. Karena itu, pola asuh yang dikembangkan di keluarga masing-masing siswa tentu berbeda. Di sekolah, guru-lah yang menyeragamkan aturan dan disiplin. Kalau datang terlambat atau tak mengerjakan PR, bakal dihukum. Siswa yang nakal, biang ribut di kelas, suka mengganggu teman, akan di “setrap” di depan kelas, bahkan bisa jadi baru boleh pulang belakangan.

Tiap hari Senin, guru agama akan berkeliling memeriksa kerapihan dan kebersihan penampilan kami. Kalau ada siswa pria berambut gondrong, acak-acakan, atau siswi yang kuku jari tangannya panjang apalagi kotor, guru akan mengambil gunting, memotong rambut dan kuku kami. Kenapa guru agama? Ya, karena kebersihan sebagian dari iman dan itu aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Tak ada orang tua murid yang tersinggung, marah apalagi sampai melabrak guru, hanya gara-gara rambut atau kuku anaknya dipotong. Orang tua “nrimo”, karena bagi mereka sekolah adalah ruang dimana otoritas adalah milik guru. Maka segala aturan disiplin dan standar perilaku, diserahkan pada guru untuk menggariskan dan menegakkannya.

Dulu, kalau ingin anaknya bisa sholat dan mengaji, biasanya kalau sore orang tua menyuruh anaknya pergi mengaji. Bukan pada TPA yang formal dan terstruktur seperti sekarang, tapi pada guru ngaji informal yang dibayar seikhlasnya, tempat belajarnya di musholla/langgar/surau atau di rumah guru ngaji. Biasanya, guru ngaji jaman dulu dikenal lebih galak ketimbang guru sekolah. Sambil memegang sebatang rotan yang dipakai untuk menunjuk rangakain huruf Hijaiyah di papan, mata tajam guru ngaji melihat siapa saja yang mengantuk dan tak menyimak bacaan Al Qur’an dengan benar. Yang mengantuk tandanya siang kebanyakan bermain, tak mau tidur siang. Ujung batang rotan itu bisa mendarat di tangan kami dan membuyarkan kantuk kami. Tak ada orang tua yang protes apalagi sampai memperkarakan guru mengaji yang memukul anak mereka. Meski bukan guru formal, guru mengaji seolah mendapat mandat penuh dari orang tua santri untuk mengajarkan agama dan budi pekerti pada anak mereka.



Dulu, guru bertanggungjawab penuh atas semua perilaku mereka, termasuk sopan santun dan akhlak. Tapi guru juga diberi kewenangan untuk menindak jika ada yang melanggar (foto : Album Ilustrasi K - FB Grup Kampret, by Bowo Bagus)

Dari jaman ke jaman, selalu saja ada anak nakal, siswa bandel, biang keladi semua keributan. Itu wajar, namanya juga anak dan remaja. Ada yang sifatnya cenderung melawan, suka membantah, tak mau menurut. Makin menginjak remaja, sikap perlawanan itu makin menjadi. Sekali lagi, tugas guru-lah mengatasinya. Tiap guru punya cara sendiri menghadapi siswa yang sulit diatur. Ada yang sabar dan memilih cara halus untuk menghadapinya, ada yang memilih tak mempedulikan siswa yang bandel – paling-paling diberi nilai jelek untuk mata pelajaran yang diajarkannya, ada pula yang memilih menanganinya dengan cara kasar. Tapi sekali lagi, jarang sekali orang tua siswa tahun ’70 –‘80an yang menggugat guru. Tampaknya orang tua jaman dulu sadar konsekwensi logis dari mereka menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada guru.

Anak remaja di jaman saya bersekolah, juga biasa berkelahi. Tapi umumnya satu lawan satu, tidak main keroyokan. Dan yang lebih penting lagi : berkelahi dengan tangan kosong! Efek paling parah : wajah babak belur, pakaian kotor atau sobek. Pulang ke rumah tak berani mengadu pada ortu. Kalau ketahuan guru, sudah pasti dihukum berat. Dan kalau dihukum guru, mana berani mengadu ke ortu, bisa-bisa ortu akan menghukum juga.

Ada satu hal yang bisa saya tarik disini : remaja jaman dulu tidak mendapatkan toleransi dan perlindungan – bahkan dari orang tuanya sendiri – ketika mereka melakukan kekerasan. Terkadang, bahkan ortu sendiri lah yang mengantara anaknya ke wali kelas, jika kedapatan berkelahi sepulang sekolah. Ortu meminta guru menghukum anak mereka. Dulu pernah ada teman mengaji saya yang sok jagoan di kampungnya. Dia sering berkelahi dengan anak sebayanya. Ortunya melaporkan pada guru mengaji – sebab lawan berkelahinya bukan siswa satu sekolah dengan si anak – untuk dihukum dan dinasehati. Maka, tak ada tempat berlindung dan minta pembelaan bagi anak yang sok jagoan.

Lalu bagaimana dengan jaman sekarang? Guru tampaknya berada pada posisi sulit. Mereka tak bisa lagi mudah menjatuhkan hukuman pada siswanya. Salah-salah, siswa yang kena “setrap” mengadu pada ortunya, malah guru yang ganti diadukan ke polisi. Orang tua tahunya anak mereka baik-baik, tak ada hak guru untuk menghukumnya. Sementara, ketika terjadi tawuran antar pelajar sepulang sekolah, pertanyaan di berbagai media dialamatkan pada guru : dimana peran guru?



Kalau anaknya sudah terlibat masalah seperti ini, barulah ortu turun tangan, bahkan terkadang mengintervensi kewenangan sekolah (foto : news.detik.com)

Coba kita tengok beberapa kasus belakangan ini. Sekelompok siswa sebuah SMA di kawasan elite, yang jelas-jelas melakukan bullying terencana pada adik kelasnya, dibela mati-matian oleh orang tua mereka. Guru dan pihak sekolah tak lagi bebas menegakkan hukum pada siswanya. Meski sejak awal mereka tak menunjukkan penyesalan, tak menganggap apa yang mereka lakukan itu bukan sekedar salah tapi juga terlarang, orang tua turun tangan membela. Bila perlu, sewakan pengacara, bawakan LSM yang atas nama hak anak, mencarikan dalih bahwa mereka tak boleh dihukum. Lalu bagaimana dengan hak untuk mendapatkan rasa aman bagi anak yang di-bully?!Bukankah menganiaya orang lain, apapun alasannya sama sekali tak bisa dibenarkan?

Lalu kenapa ortu /wali murid jaman sekarang lebih permissive pada perilaku tak terpuji anak mereka? Mungkin ini juga bentuk tindakan apologize karena selama ini orang tua kerap lalai memberikan perhatian dan waktunya pada anak mereka. Berapa banyak orang tua yang masih menyempatkan diri melepas anaknya berangkat ke sekolah sampai di pintu depan rumah, membiasakan anaknya mencium tangan mereka, lalu menepuk pundak anaknya atau mengelus kepalanya sambil berpesan : “Hati-hati di jalan ya, Nak” atau “Baik-baik ya di sekolah”. Kalimat-kalimat yang terdengar klise. Tapi kalau diucapkan setiap hari, akan tertanam pesan di benak si anak, tentang harapan ortunya agar mereka jadi anak baik-baik, berhati-hati dijalan dan bukannya jadi raja jalan atau cari gara-gara di jalan.

Banyak orang tua yang tidak terlalu mengenal watak dan karakter asli anak mereka. Sebuah contoh nyata adalah Ibunda Afriani. Ketika pers menguliti kebiasaan Afriani dan teman-temannya yang terbiasa dugem kalau weekend, terbiasa mengkonsumsi miras dan narkoba, si Ibu tetap saja bersikeras putrinya anak baik yang tak mungkin melakukan hal itu. Kendati foto-foto yang diunggah sendiri oleh Afriani di akun jejaring sosial miliknya menggambarkan hal itu, status FBnya menunjukkan kebiasaan “party”, tetap saja si Ibu tak percaya putrinya begitu. Bahkan dalam wawancara di TV, ibunya mengatakan tak yakin putrinya mengkonsumsi miras dan narkoba, karena sesaat setelah menabrak Afri langsung menelpon ibunya dan suaranya masih normal, tidak seperti orang mabok. Padahal, jelas-jelas hasil test urine tak diragukan lagi membuktikan mereka telah mengkonsumsi miras dan ecstasy.

Pengalaman pahit pernah dialami keponakan saya yang bersekolah di sebuah SMA IT di kawasan Jabodetabek. Waktu itu keponakan saya masih kelas 1 SMA. Karena jam belajarnya sampai jam 3 sore, tiap hari ibunya (adik ipar saya) membawakan bekal makan siang komplit. Kebiasaan membawa bekal makan siang ini sudah dijalani keponakan saya yang sejak SD memang bersekolah di SDIT, SMPIT dan SMAIT yang sama. Sekali waktu ia mengadu pada ibunya kalau bekal makan siangnya kerap diminta temannya. Mendengar hal ini, adik ipar saya menambah porsi bekal anaknya, sekiranya cukup untuk dimakan 2 orang. Lauk pauk semuanya dobel.

Suatu pagi, saat jam pelajaran baru berjalan, si teman “tukang palak” ini menanyakan pada ponakan saya : “Mana bekal makan siang lo?”. Keponakan saya yang takut, segera menunjukkan wadah bekalnya. Anak ini pun langsung memakannya dengan lahap seperti kelaparan, meski sambil sembunyi-sembunyi. Keponakan saya dengan takut-takut melirik bekal makan siangnya yang sudah hampir habis. Ia pun berujar “Eh, jangan dihabisin dong! Sisain buat gue, ntar siang mo makan apa?”. Memang keponakan saya tak dibekali uang dalam jumlah banyak, agar tak terbiasa jajan di luar. Tapi apa yang diterima keponakan saya? Sebuah bogem mentah mendarat di pelipisnya.

Malam hari, menjelang tidur, barulah keponakan saya melapor pada ortunya, kalau siang tadi ia tidak makan sembari menunjukkan lebam di pelipisnya yang dicoba ditutupi rambut. Tak terima anaknya diperlakukan semena-mena, esok paginya adik saya datang ke sekolah dan melapor pada guru kelas, Ternyata, anak yang suka memalak makan siang ini bukan anakk orang tak mampu yang tak bisa memberinya bekal! Kedua ortunya dokter spesialis, yang sejak pagi sudah berangkat ke RS tempat mereka praktek. Anaknya dibekali uang lebih dari cukup untuk beli sarapan dan makan siang. Bahkan menurut keterangan temannya yang setiap hari berangkat sekolah berboncengan motor dengan anak itu, pagi hari sebelum kejadian, temannya sempat mengajak mampir untuk membeli nasi kuning buat sarapan. Tapi si anak dokter ini tak ikutan membeli, ia lebih memilih memalak bekal makan siang keponakan saya. Lalu untuk apa uang pemberian ortunya? Tidakkah ortunya khawatir anaknya membeli narkoba?



Tak cukup hanya perhatian dan kasih sayang guru, perhatian dan kasih sayang orang tua justrru mutlak perlu (foto : Album Ilustrasi K - FB Grup Kampret, by Arief Subagor)

Sekitar 4-5 tahun lalu, saya pernah diundang ke sebuah SMK Teknik yang bekerjasama dengan perusahaan tempat saya bekerja, dalam rangka pendidikan sistem ganda. SMK itu memang SMK unggulan. Karena saya datang lebih pagi dari jam undangan, saya dipersilakan menunggu di ruang guru. Ternyata saat itu ada seorang guru yang sedang memarahi sekaligus menasehati seorang siswa. Siswa itu kemudian disuruh kembali ke kelas. Gurunya pun bercerita : anak tadi sebenarnya anak pintar. Ayahnya sudah lama meninggal, ibunya tak menikah lagi dan hanya jadi buruh cuci dari rumah ke rumah. Belakangan, anak itu berteman akrab dengan anak dari seorang ibu pejabat, kepala sebuah instansi Pemerintah, bapaknya juga punya jabatan.

Sejak bersahabat dengan anak orang kaya, si anak buruh cuci ini jadi malas sekolah dan lebih banyak nongkrong di warnet untuk bermain game online. Tentu saja yang membayari si anak orang kaya itu. Berkali-kali guru sudah merazia mereka. Orang tua si anak yang pejabat sudah dikabari, tapi mereka tak percaya anaknya suka bolos. Karena jengkel, akhirnya pihak sekolah menjemput si ibu di kantornya, meminta beliau tidak naik mobil pribadi atau mobil dinasnya tapi ikut mobil sekolah. Lalu diajak ke sebuah warnet dekat sekolah, untuk memergoki anaknya sedang asyik main game online saat jam sekolah. Barulah si ibu percaya anaknya bandel. Kendati demikian, si ibu memilih mengajak pulang anaknya dan tidak menyerahkannya pada guru untuk diberikan hukuman sesuai aturan.



akankah 10 - 15 tahun lagi mereka tetap jadi anak-anak manis seperti ini? Guru saja tak akan mampu menjaga mereka 24 jam (foto : dokumentasi pribadi)

Nah, inilah ambigu dunia pendidikan jaman sekarang. Di satu sisi orang tua seolah menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka pada guru-guru di sekolah, namun di sisi lain, ketika ada masalah, anaknya berulah, orang tua tak mau guru mengambil tindakan. Orang tua turun tangan ketika sudah ada masalah, itupun bukan untuk meng-endorse pengegakan disiplin dan hukum sesuai aturan, tetapi justru untuk mengintervensi disiplin dan hukum, mengupayakan privilege bagi anak mereka. Akibatnya, sama sekali tak ada pembelajaran pada diri siswa. Anak tak belajar dari kesalahan yang dibuatnya. Boro-boro ada efek jera, bisa jadi malah si anak berpikir : “Ah.., nanti juga kalau aku bermasalah, ortuku pasti membela. Mana berani guru menghukumku”.

Anak gemar tawuran, anak suka keroyokan dan berperilaku anarkhis, tentu banyak faktor penyebabnya. Anak tak terbebani rasa salah alias cuek, tidak menyesal saat melakukan perbuatan salah bahkan menjurus ke kriminal, juga banyak aspek pemicunya. Sungguh tidak adil, jika tanggung jawab hanya dibebankan pada guru dan sekolah sebagai institusi. Kalau benar orang tua menyerahkan pendidikan anaknya pada guru dan sekolah, maka mereka juga harus rela jika guru menegakkan aturan pada semua siswa tanpa pandang bulu. Orang tua harus ikhlas anaknya menerima akibat hukum dari perbuatannya, termasuk jika tidak disiplin dan tidak berlaku sopan pada guru.Jangan ajari anak menginjak-injak hukum. Sebab kekacauan itu timbul karena lemahnya penegakan hukum
Sebelumnya saya mohon maaf pada pemilik artikel yang saya kutip.posting ini saya hanya mengutip dari sebuah situs...dan ini hanya sekedar untuk sharing saja....

Jumat, 20 Juli 2012

2012/2013

Menghadapi tahun pelajaran Baru 2012/2013 dengan semangat baru yang lebih menggebuu..semoga prestasi tahun ini akan lebih meningkat lagiii....

Kamis, 21 Juni 2012

Jadwal Kegiatan LIBURAN

BAgi semua Siswa SD selamat menikmati liburan akhir tahun yang cukup panjang..semoga kalian semua dapat memanfaatkan liburan dengan sebaik baiknya..bagi yang punya  adik-adik yang mau masuk SD terutama SD Negeri 3 Makam akan dibuka pendaftaran mulai tanggal 25 -30 Juni 2012 tempat di SD negeri 3 Makam.harap membawa persyaratnyaa...
Bagi Siswa kelas VI yang telah lulus kami ucapkan SELAMAT..teruskan perjuangan kalian lanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi..Jangan lupa untuk mengurus SKHUN kalian harus datang sendiri ke SD...

Rabu, 06 Juni 2012

UKK

SELAMAT MENEMPUH UKK (Ulanagan Kenaikan Kelas) BAGI SISWA-SISWI KELAS I-V.
Semoga dapat mengerjakan dengan sebaik baiknyaa...dan Bagi Siswa Kelas VI selamat menanti Pengumuman UN yang rencananya akan diumumkan tanggal 16 Juni 2012.

Selasa, 15 Mei 2012

PERSARI JAWA TENGAH 2012

PERSARI 2012 akan segera dimulai perwakilan dari BINWIL banyumas adalah Putri Kwarcab Purbalingga (SD NEGERI 3 MAKAM) Kwarcab Banjarnegara, dan Putra Kwarcab Banjarnegara, Kwarcab Purbalingga (SD NEGERI 1 TAMANSARI) Semuanya adalah wakil dari BINWIL Banyumas.
Hari Jumat siang tanggal 11 Mei 2012 Sekitar Pukul 13.30 WIB Kontingen PERSARI SD Negeri 3 Makam Diberangkatkan dari pangkalan SD Negeri 3 Makam Menuju Ke PUSKEPRAM CANDRA BIRAWA GUNUNGPATI SEMARANG.dan sekitar Pukul 22.00WIB Rombongan sampai di SEMARANG dengan Selamat dan semuanya sehat.
Acara PERSARI Dimulai pada hari Sabtu tanggal 12 Mei 2012 sekitar Pukul 10.30 WIB.dengan dimulai Lomba Estafet Bola dan Seni Lukis Pot Bunga.Peerlombaan ini berakhir hingga pukul 12.00 WIB.Kemudian Pada Pukul 13.00 Dimulai acara perlombaan berikutnya yaitu Parade PUISI dan MACAPATAN. Sore Harinya baru dilanjutkan Upacara Pembukaan yang dihadiri oleh Pejabat Provinsi Jawa Tengah.Perlombaan terakhir yang paling dinanti adalah PENTAS BUDAYA yang berlangsung pada Pukul 19.00 WIB.Acara ini pun berlangsung dengan meriah.
Pada hari Minggu Tanggal 13 Mei 2012 Sekitar Pukul 08.00 Seluruh Peserta diberangkatkan dari PUSKEPRAM menuju Masjid Agung Semarang - City Tour - SAM PHO KONG - Bandara Ahmad Yani. Acara Puncak Berlangsung di Lanud Bandara Ahmad Yani yaitu dilakukan Upacara Penutupan dan Pengumuman kejuaraan. Berikut Daftar Kejuaran yang diraih oleh Kwarcab Purbalingga :
PUTRI (SD NEGERI3 MAKAM)
1. Juara 3 Lomba Seni Melukis POT Bunga
2. Juara 1 Lomba Estafet Bola
3. Juara 1 Lomba Parade Puisi
4. Juara 1 Lomba Pentas Budaya
dengan hasil demikian maka Kwarcab Purbalingga Putri (SD NEGERI 3 MAKAM) dinyatakan Sebagai Juara UMUM PERSARI 2012.Berhak meraih Piala kejuaraan dan untuk Kwarcab Banjarnegara Putri Harus Puas dengan Mendapatkan Peringkat kedua di bawah kwarcab Purbalingga Putri.
PUTRA (SD NEGERI 1 TAMANSARI)
1. Juara 1 Lomba Estafet Bola
2. Juara 2 Lomba Parade Puisi
3. Juara 3 Lomba Macapatan
4. Juara 1 Lomba Pentas Budaya
Dengan hasil demikian maka yang berhak memperoleh JUARA UMUM PUTRA adalah dari Kwarcab Banjarnegara dan Kwarcab Purbalingga Putra harus Puas dengan posisi kedua di bawah Kwarcab Banjarnegara.
Dapat dikatakan bagi SD Negeri 3 Makam Ini adalah Kebahagiaan yang tak terkira karena setelah sekian lama kami mengharapkan ini yaitu ingin sekali memperoleh Juara Umum setelah 3 tahun berjuang akhirnya tahun ini kita dapat membawa pulang Piala juara Umum di bawa Ke SD Negeri 3 Makam Kwarcab Purbalingga..tak henti-hentinya kami mengucapkan rasa syukur atas keberhasilan ini..dan semoga di tahun tahun mendatang akan lebih baik lagi....dan semoga SD Negeri 3 Makam semakin maju dan juga Kwarcab Purbalingga Semakin JAYA......
Di bawah ini kami tampilkan beberapa moment penting saat PERSARI 2012.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.
Saat Lomba Estafet Bola

Saat Lomba Melukis Pot Bunga

Saat Lomba Macapatan

Upacara Pembukaan Menari Jaranan Bersama Petinggi Jawa Tengah

Kreatifitas Anak Saat menarikan Lagu Jaranan

Berpose Bersama Setelah Menari Jaranan

Masih Terlihat ketegangan di raut muka anak-anak

Kecerian tampak pada wajah anak-anak saat naik Menara Masjid Agung

Berpose Di Menara Masjid Agung SD Negeri 3 Makam Putri Bersama SD Negeri 1 Tamansari Putra

Gaya nya saat mencoba meneropong

Ekspresi Kelelahan oleh salah seorang anak.

Mencoba hasil Jepretan salah seorang fotografer kecil,.,.

Kunjungan Ke SAM PHO KONG

Berpose Sebelum Tampil di Upacara Penutupan

Hasil yang diperoleh setelah Berjuang

Kwarcab Purbalingga Bersama Kwarcab BanjarNegara
hasil diatas adalah hanya sebgaian dokumentasi yang dipublikasikan.untuk lebih jelasnya dapat langsung datang ke SD negeri 3 Makam untuk melihat keseluruhan hasil..Trimakasih atas doa dan Suportnya....

Sabtu, 07 April 2012

POPDA 2012 Jawa Tengah.Tenis Lapangan Akan Bertanding

Minggu depan tanggal 9-13 April 2012 Jawa Tengah akan menggelar Pekan Olahraga tingkat Provinsi Jawa Tengah. dengan pesertanya adalah para Atlit Juara 1 dari Kabupaten se Jawa Tengah untuk Grup perorangan dan untuk Grup Beregu adalah para Atlit dari Karsidenan yang awalnya sudah diseleksi di karsidenan masing-masing.Alhamdulilah untuk SD Negeri 3 Makam akan ikut berpartisipasi sebagai wakil Kabupaten Purbalingga dalam cabang Tenis Lapangan Putra yang diwakili oleh MICHAEL FATHUR ROZAK dia adalah juara 1 pada POPDA kabupaten Purbalingga 2012, pada tahun sebelumnya MICHAEL hanya puas dengan juara 2 di kabupaten namun kali ini dia cukup bisa membanggakan hingga meraih juara 1 tingkat kabupaten.
Seluruh Kontingen wakil Purbalingga akan diberangkatkan dari DINBUDPORA Kabupaten Purbalingga Hari Senin Pada Pukul 03.00 WIB Menuju Semarang.dari Kecamatan Rembang Sendiri Memberangkatkan Tenis Lapangan, Pencak Silat, dan Atletik Untuk Cabang Sekolah Dasar.Pada Hari Senin Sore juga akan diberangkatkan Penggembyong atau Suporter yang terdiri dari seluruh Anggota KKG Guru Penjas dan Staf UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Rembang dan Dewan Guru dari SD Negeri 3 Makam dan mungkin masih banyak yang lainnya yang belum diketahui informasinya..
Semoga di POPDA 2012 Kabupaten PURBALINGGA akan berjaya dan Rembang akan Berkumandang....

Sabtu, 31 Maret 2012

PESTA SIAGA 2012 Kemenangan Yang Diselimuti Tetesan Air Mata Kesedihan

Mulai Pukul 08.30 WIB kegiatan Pesta Siaga Tk Korwil Banyumas dimulai, Acara yang diikuti oleh 4 Kabupaten diwilyah Banyumas. Peserta yang ikut adalah mereka yang mendapat juara tergiat 1,2 Di Kwarcab masing-masing.Acara di Buka Oleh Bapak Bupati Purbalingga Bpk Heru Sujatmiko,M.Si

Sekitar Pukul 16.24 WIB Acara Penutupan Dilakukan Oleh Bapak Kwarcab Purbalingga Bpk Trisnanto, Seperti Posting Dengan Judul ini Kemenangan Yang Diselimuti Tetesan Air Mata kesedihan berawal dari pengumuman Siaga Putra yaitu :
1. Tergiat 1 = Kwarcab Banjarnegara
2. Tergiat 2 = Kwarcab Purbalingga (SD Ngegri 1 Tamansari)
3. Tergiat 3 = Kwarcab Purbalingga (SD Negeri 3 Makam)

Dari hasil itu pulalah jelas terlihat bahwa SD Negeri 3 Makam tidak dapat meneruskan ke tingkat PERSARI di semarang maka dari itu anak anak merasa sedih walaupun Piala ada di tangan. Dan juga karena hasil TIM Siaga Putri adalah sebgai berikut :
1. Tergiat 1 = Kwarcab Purbalingga (SD Negeri 3 Makam)
2. Tergiat 2 = Kwarcab Banjarnegara
3. Tergiat 3 = Kwarcab Banjarnegara

Dengan hasil yang demikian maka SD Negeri 3 Makam berhak mewakili TIM Putri Purbalingga melaju ke PERSARI Semarang dan itu pula yang membuat TIM Putra tidak dapat menahan air matanya karena tidak bisa mendampingi TIM Putri ke PERSARI 2012 di Semarang. Tapi kita harus tetap legowo menerima semuanyaaa,,Kegagalan adalah keberhasilan yang belum diperolehh...Kita kali ini tidak kalah hanya saja kita belum beruntung, namun dengan hasil ini ini kita sudah cukup berbangga sudah dapat membawa Piala Juara 1 dan Juara 3..Dan kesedihan ini tidak hanya dialami Kontingen SD Negeri 3 Makam tapi Juga dari kontingen Purbalingga yang lain yaitu dari Kontingen Putri SD Negeri 1 Tamansari juga tampak pula mereka tidak dapat menahan air matanya Terutama Kontingen Putri karena kontingen Putra dapat melaju ke PERSARI sedangkan Putri Tidak.,Bagi kami Semua tetap kalian lah yang terhebat di Kwarcab Purbalingga dan yang terhebat di Gugus depan masing-masing,.,semoga kesedihan anak-anak dapat tersembuhkan dan terobati dengan menikmati Liburan atau belajar di rumah selama satu minggu karena sedang digunakan untuk Ujian Sekolah.

Berpose Bersama sebelum Berlomba

Penyemangatan ID Card Peserta Oleh Bapak Bupati

Pemukulan Gong tanda dibukanyaa Pesta Siaga

Istirahat sebelum berlomba

Suasana pada saat berlomba

Pada saat Baca Puisi


Masih Tampak Keceriaan dan harapan sebelum detik-detik pengumuman dibacakan

Tampak raut muka yang kurang membahagiakan

Dengan semangat menerima piala yang besar..

Berpose dengan jajaran Petinggi Pramuka

Nampak sekali raut muka yang berbedaaa

Akhirnya Salam Pramuka!!!!!!!!
Dengan demikian untuk Persari 2012 Korwil Banyumas diwakili oleh 2 Kwarcab yaitu Kwarcab Purbalingga dan Kwarcab Banjarnegara.
Sampai Jumpa lagi di Posting yang berkaitan pramuka di PERSARI 20112 SEMARANG